Sabtu, 03 Oktober 2009

PERAN ORANG PERCAYA (KRISTEN) UNTUK MORALITAS BANGSA



Di zaman modernisasi ini, kehidupan umat manusia begitu memprihatinkan bahkan sangat mengerikan. Tawuran pelajar, pergaulan & sex bebas, narkoba, dll. seakan-akan sudah menjadi pola atau gaya hidup umat manusia saat ini. Hal ini telah membuat bangsa kita terperosok dalam keterpurukan. Bahkan akhir-akhir ini banyak orang yang mulai kehilangan kesadaran dan mulai hidup berdasarkan naluri alamiah semata. Orang yang lapar mulai mencari makan dengan cara apa saja, tidak peduli secara baik atau buruk, asal perut kenyang. Orang yang marah melapiaskan saja kemarahannya dengan cara apa saja kepada siapa saja. Dan telah lahir aneka kebiadaban dalam masyarakat kita, yang makin memperhebat keterpurukannya. Orang mulai melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri. Mereka mulai membenarkan permainan judi, perceraian, sex bebas, persundalan, perzinahan, dll. Semua hal-hal yang selama ini dianggap tidak bermoral mulai dijadikan moralitas. Hal ini memberi bukti dan indikasi kepada kita bahwa telah terjadi kemerosotan rohani dan moral pada sebagian umat manusia di bangsa ini.


Semua ini berawal dari era kebebasan yang menurut saya sudah kebablasan. Sehingga moralitas telah kehilangan maknanya. Orang mulai berbuat semaunya saja tanpa menghargai keberadaan orang lain. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di bangsa kita akhir-akhir ini, yakni aksi terorisme, pembunuhan, perampokan, perkosaan, yang benar disalahkan demikian juga sebaliknya, semuanya menunjuk kepada kenyataan bahwa sebagian orang sudah tidak lagi menghargai keberadaan orang lain. Tidak ada lagi nilai yang dijunjung bersama. Masing-masing pihak berusaha untuk menerapkan aturannya sendiri dan merasa aturannya sebagai kebenaran. Dengan demikian masing-masing pihak bebas mengatur dirinya menurut ukuran moralitasnya sendiri. Suka atau tidak suka, kita sedang berada di tempat dimana orang mulai mempercayai bahwa setiap orang punya wewenang untuk menetukan apa yang baik atau apa yang buruk, apa yang benar dan apa yang salah bagi dirinya sendiri, seperti yang terjadi di zaman Hakim-hakim “Setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri” (Hakim 21:25).


Memang disatu sisi, setiap orang bertanggung jawab atas perilakunya sendiri. Setiap orang wajib memilih serta memutuskan nilai dan norma yang baik serta hidup sesuai dengan apa yang telah dipilihnya. Namun disisi lain, setiap orang terikat pada sesama. Karena dengan membentuk identitas diri sendiri, ia turut membetuk identitas orang-orang disekitarnya dan juga dibentuk oleh mereka. Karena semua nilai dan norma dapat dia pelajari dari masyarakat atau komunitas dimana ia selalu berada. Dari situ nyatalah bahwa manusia sebagai mahkluk sosial dapat mempelajari perilaku sosial melalui interaksinya dengan orang lain dan melalui proses interaksi tersebut manusia malakukan interpretasi dalam rangka membentuk konsep diri.


Faktor lain yang menyebabkan moralitas bangsa kita terpuruk adalah akibat mass media. Mengapa? Masyarakat terus saja dicecoki suguhan yang mengandung unsur imoralitas. Bahkan begitu banyak sajian gambar yang tidak ada nilai moralitasnya ditayangkan di bioskop, video, VCD, atau TV, yang telah mematikan hati nurani umat manusia dan telah melunturkan nilai-nilai kekristenan. Sehingga pemikiran atau pengertian yang jorok telah tertanam di dalam masyarakat kita.


Banyak orang berpikir dan mengira bahwa ini hanya dilakukan oleh orang-orang non Kristen saja. Tetapi kenyataannya ini juga dilakukan oleh orang-orang Kristen yang mengaku dirinya percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Hal ini memang pekerjaan Iblis yang senantiasa menipu dan mau menguasai pikiran manusia agar tidak lagi memikirkan hal-hal rohani. Iblis secara aktif ikut terlibat dalam usaha mencoba mengalihkan pikiran orang percaya agar tidak menempuh kehidupan dengan iman kepada Kristus. Iblis melakukannya dengan jalan memasukkan pikiran dan gagasannya kedalam pikiran manusia. Ia gigih berusaha menanamkan pola pikir dunia yang negatif kedalam pikiran manusia. Iblis yang adalah musuh kita bertekad bulat untuk mencengkeram fungsi pemikiran ini sampai akhirnya betul-betul lumpuh dan tidak mampu menuruti kehendak Allah. Semuanya ini telah membawa manusia kepada pencarian jati diri melalui hal-hal yang salah. Anak-anak muda tidak lagi ingin tunduk kepada kekuasaan orang tua, perintah guru, atau pihak-pihak yang biasa mengaturnya. Mereka mulai hidup “semau gue”


Melihat realita ini, kita perlu mempertanyakan peran orang percaya. Apakah kita terus berdiam diri saja? Apakah kita tega membiarkan umat manusia terpuruk dalam imoralitas? Jika memang ada dan orang percaya harus berperan, peran apakah yang harus dilakukan oleh orang percaya untuk menghambat imoralitas? Kita tidak boleh berdiam diri dan berpangku tangan saja melihat semua ini. Kita harus mengambil bagian untuk menciptakan moralitas yang baik bagi bangsa ini.


Saya melihat bahwa, apa yang terjadi di bangsa ini, yakni mulai terpuruknya moralitas adalah kesalahan kita orang percaya. Kita lebih banyak berdiam diri. Kita tidak merealisasikan fungsi kita sebagai garam dan terang dunia. Kita juga telah gagal mematuhi dan melakukan mandat kultural Alkitab untuk melibatkan diri dalam setiap bidang kegiatan dalam masyarakat dimana kita berada. Kita lebih banyak menarik diri dari berbagai kegiatan, karena mungkin kita anggap sebagai hal-hal yang tidak bisa dilakukan, dan kita membiarkan semuanya itu kepada orang-orang yang tidak percaya dan tidak bertanggung jawab.


Kita orang percaya telah gagal memenuhi tanggung jawab. Kita gagal mematuhi perintah Kristus untuk menggarami, menerangi dan menjadikan semua bangsa muridNya. Memang hal ini sangat dilematis bagi orang percaya. Karena disatu sisi, kita dituntut untuk berbeda dengan dunia ini. Bahkan pengertian garam dan terang juga menunjukkan bahwa kita jangan menjadi sama dengan dunia ini. Tetapi bagaimana kita bisa mengubah perilaku dari masyarakat jika kita tidak berbaur dengan mereka? Bagaimana kita bisa menerangi dan menggarami jika kita hanya berdiam diri saja, tinggal di rumah dan hanya menyaksikan tontonan imoralitas yang terus menerus dilakukan oleh masyarakat kita?


Sebagai orang percaya, kita harus berusaha supaya pengaruh Yesus Kristus dapat dirasakan di setiap aspek kegiatan dalam masyarakat kita. Sebagai garam, orang percaya harus melindungi supaya yang baik tidak membusuk. Kita harus membuktikan bahwa kita adalah pelindung norma dan moralitas bangsa. Kita tidak boleh membiarkan orang melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri.


Oleh karena itu, sebagai orang Kristen – pengikut Kristus - kita memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memperkenalkan Kristus dalam masyarakat dimanapun kita berada. Karena tidak ada siapapun selain Yesus Kristus yang cukup benar, berkuasa, dan kuat serta pengasih, untuk bisa menciptakan tatanan moral yag harus dipatuhi. Moralitas tidak bisa dipisahkan dengan Yesus Kristus. Kristus secara mutlak diperlukan dalam moralitas. Karena tidak ada teori moral yang baik yang bisa timbul dari orang yang tidak beragama dan tidak mempercayai Tuhan (ateisme). Dasar moralitas adalah keberadaan Kristus. Tanpa kristus, tidak ada lagi tolok ukur yang obyektif diluar diri kita sendiri.


Faktor utama lunturnya moralitas dalam masyarakat kita adalah karena begitu banyak orang yang tidak mengenal kasih Kristus dan mereka juga tidak mengenal pesan Alkitab yang telah memberi kepada dunia suatu tatanan moralitas tertinggi dan yang harus diikuti. Mereka tidak menyadari dan tidak mengetahui bahwa Alkitab adalah pemandu yang pasti dan akurat untuk yang benar dan yang salah.


Kita harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi (rasa percaya diri yang didasarkan kepada kepercayaan kita kepada Kristus), bahwa kita memiliki kemampuan untuk mengubah perilaku dalam masyarakat. Kita dapat membantu dan membentuk masyarakat dalam komunitas kita menjadi pribadi-pribadi yang berkembang baik. Dan ini membutuhkan orang percaya yang sadar akan tugas dan tanggung jawabnya serta berkomitmen tinggi dan bersedia untuk selalu mendampingi serta berbaur dengan masyarakat disekitarnya dengan harapan dan tujuan agar mereka tidak menjadi serupa dengan dunia ini. Orang percaya – dengan pertolongan Roh Kudus – pasti sanggup membantu masyarakat untuk menemukan arus balik yang bisa membawa mereka pada nila-nilai yang diwariskan oleh ajaran Kristus. Kontribusi yang paling berharga yang dapat diberikan orang percaya kepada masyarakat adalah dengan menanamkan iman yang sejati pada Allah dalam diri mereka.


Firman Tuhan mengajarkan kepada kita, bahwa kita harus hidup dalam dunia ini, tetapi tidak ambil bagian dalam kejahatan-kejahatan dunia ini. Kita harus menjadi berbeda dengan dunia ini (Roma 12:2). Kita harus terpisah dari dunia kejahatan. Jika kita sedang diperhadapkan dengan hal-hal duniawi, tanyakanlah pada diri kita: “Apakah ini melanggar prinsip Alkitab? Apakah ini akan merusak kehidupan iman Kristen ku? Dapatkan aku memperoleh berkat Tuhan dibalik semua ini? Apakah ini akan menjadi batu sandungan bagi orang lain?


Keduniawian tidak akan pernah menimpa kita secara mendadak. Tetapi cara kerjanya akan seperti tetesan air yang secara perlahan-lahan tetapi pasti melubangi batu yang ditetesinya. Dunia dengan segala kekuatan, rayuan dan pengaruhnya akan terus menekan kita setiap hari. Kebanyakan kita akan takluk jika Roh Kudus tidak hidup di dalam kita, menopang dan memelihara kita.


Jadilah benteng untuk moralitas bangsa. Dengan demikian kita bisa merealisasikan fungsi kita sebagai garam dan terang dunia. Dan kita bisa membuat bangsa ini sebagai bangsa yang bermoral. *****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar